• instagram
  • Youtube
  • @gpq6529m

Profil Desa

KKN Sisdamas 2017


Tentang kami

Tegalsumedang adalah desa yang sangat miskin dan kumuh di kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (Sumber: Wikipedia).

KKN Sisdamas 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hadir untuk membantu memberdayakan masyarakatnya dan bersama-sama berjalan ke-arah yang lebih baik

Deepak Bhagya

info Desa

Desa Tegal Sumedang

Sejak Agustus 2017
Alamat : Sindang Wangi No.16, Tegal Sumedang, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat 40394
Website: desategalsumedang.blogspot.co.id
E-mail: desa.tegalsumedang@gmail.com

Siklus KKN

Update Terbaru Kegiatan KKN


Minggu, 06 Agustus 2017

Posyandu, Jangan Sekedar Imunisasi Formalistik

Posyandu, Jangan Sekedar Imunisasi Formalistik

Pagi itu (5/8/2017), sekitar pukul delapan pagi, Posyandu RW 03 Desa Tegalsumedang mulai ramai dikunjungi para ibu dan anaknya. Terasa terik matahari belum naik pada titik panasnya, dan udara pun tentunya  masih cukup sejuk, walau di sana terlihat pepohonan sangat jarang. Terlihat pula, diantara beberapa ibu-anak yang hadir, ada mahasiswa KKN SISDAMAS 2017 Kelompok 36 ikut berkontribusi. Ya, hari itu pihak Posyandu melaksanakan imunisasi rutinan yang dilaksanakan seminggu sekali.

Hari semakin beranjak siang, ibu dan anak semakin membludak berdatangan. Tentunya, para ibu ingin anaknya sehat walau kenyataan lingkungan di sekitarnya tak ideal. Lihat saja sungai-sungai dan aliran lain, banyak tercemari limbah korporasi raksasa. Kenyamanan bermain anak direnggut oleh kekuatan besar korporasi.

Menurut laporan pihak Posyandu, tercatat sekitar 72 anak dan 60 ibu yang mengantarkannya terdaftar mengikuti imunisasi tersebut. Selain ibu-anak dan mahasiswa KKN yang ikut berkontribusi, terlihat pula Ibu Kepala Desa ikut membidani bermacam hal bersama mahasiswa dan ibu bidan serta aparat posyandu, mulai dari penimbangan berat badan anak; pengukuran tinggi; hingga pemberian vitamin A.

Semakin siang, keramaian posyandu semakin meningkat. Entah itu oleh penerima imunisasi, atau oleh orang-orang yang ingin sekedar melihat proses imunisasi, yang diharapkan kegiatan itu bukan hanya sekedar imunisasi yang bersifat formalistik setiap minggunya. Kesehatan jiwa, raga dan juga sehatnya pikiran mesti terimunisasi. Dengan pergaulan yang semakin tak sehat dikalangan anak zaman ini, yang salah satu penyebabnya karena derasnya arus informasi melalui bermacam media yang mudah diakses, imunisasi diharapkan menjadi ajang revolusi kesehatan yang serius dan kompleks.


Sebab dari itu, perangkat pemerintahan yang memiliki regulasi, dari tingkat RT hingga pusat mestilah peka terhadap Imunisasi yang dilaksanakan Posyandu. Imunisasi mesti menjadi ajang dakwah terhadap generasi penerus bangsa, agar hari esok bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang benar-benar sehat jiwa dan raga. Juga berharap generasi muda tak larut tenggelam ke dalam residu dunia muda yang tak menyehatkan.

Kontributor: Zulkifli Fajri Ramdan/Kelompk 36

Tegal Sumedang dan Kesadaran Ekologis

Tegal Sumedang dan Kesadaran Ekologis

"Tepatnya di belakang stadium Gelora Bandung Lautan Api, terdapat desa yang sejauh mata memandang dipenuhi bermacam limbah dari sampah dan korporasi raksasa. Desa yang jika orang-orang bertanya mengenai pepohonan dan dan air bersih, akan banyak jawaban yang memilukan, semacam kebingungan masyarakat; keresahan dan kegelisahan; juga makian dan tak jarang apatisme dari orang dewasa dan anak-anak."




Desa yang dikenal dengan nama Tegal Sumedang ini, memiliki banyak sawah. Namun—kembali diungkapkan—pepohonan untuk sumber penyerapan air dan pemberi udara segar, sangat minim dan teramat kering. Tak heran, jika masyarakat luar yang pertama kali datang ke desa ini akan mengrenyitkan dahi, semacam kegalauan atau keperihatinan ekologis.

Jika udara panas mendera, tak pelak lagi, semacam suhu udara di timur tengah, desa ini terasa teramat gersang. Sebaliknya, jika musim hujan datang, jalan-jalan yang dipenuhi tanah cokelat hasil dari penggalian pembangunan sungai, akan becek tak karuan. Ya, jika konstruk tanah sepeti itu, tak heran jika kendaraan warga atau para pendatang dan orang yang sekedar lewat akan kotor seketika.

            Menurut hasil wawancara dari beberapa tokoh masyarakat desa Tegal Sumedang, ketika membicarakan kesadaran kolektif mengenai bermacam hal, akan didapati jawaban yang menghawatirkan. Seperti halnya ketika melakukan wawancara kepada kang Opik, yang tak lain merupakan tokoh kepemudaan dan Karang Taruna, ihwal keasadaran membangun desa secara kolektif dan menyinggung kondisi ekologis setempat, ia mengatakan: “di desa ini, jika ada suatu kegiatan yang bersifat gotong royong, itu tak akan lama bertahan. Mungkin tak lebih dari dua bulan, sifat gotong royong itu akan lenyap. Tak jauh berbeda dengan kesadaran ekologi itu sendiri”.

Ini menjadi tantangan bagi kita, beberapa mahasiswa yang tergabung dalam satu kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis pemberdayaan masyarakat, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tak hanya beban moral dan beban sosial yang harus kita sadari. Lebih dari itu, kesadaran pembangunan manusia dan lingkungan yang sehat mesti disadari sedari dalam pikiran. Kita lihat kondisi beberapa wilayah yang dihinggapi megahnya pembangunan korporasi seperti pembangunan pabrik semen di Kendeng, ketidak-adilan pemberdayaan air bersih oleh salah satu pabrik Air Minun dalam Kemasan (ADK) di Sukabumi, juga krisis ketidak-adilan moral agraris di Karawang.

            Mahasiswa, memiliki beban berat dalam punggungnya. Ia mesti melakukan perubahan yang tak hanya mematok pada narasi-narasi perjuangan hari lalu. Ia harus melakukan perubahan dengan lugas dan jeli melihat keadaan sekitarnya hari ini. Seperti halnya yang diistilahkan Moeslim Abdurahman, seorang intelektual mestilah menghapus segala macam dosa sosial, ia mesti memunculkan jiwa nabi sosial yang memiliki sifat profetik. maka tak heran, seorang intelektual semacam itu, oleh Moeslim Abdurrahman dan Mansoer Faqih disebut dengan intelektual organik. Intelektual yang menghidupakan kematian lingkungan sekitarnya.


            Maka dari itu, terlepas dari kegiatan KKN ini, kita mencoba dan mengusahakan penghapusan dosa sosial (krisis ahlak, kejahatan korporasi terhadap lingungan lokal, kerangka berpikir masyarakatnya, dan lain sebagainya) yang terdapat di desa ini. Bersama beberapa elemen masyarakat—terlebih tokoh masyarakat dan pemuda—kita mencoba berbaur melaksanakan kegiatan yang sederhana namun berharap merubah kesadaran pembangunan terhadap masyarakatnya yang bersifat jangka panjang. Hingga pembangunan lingkungan secara kolektif dapat timbul.

Kontributor: Zul