• instagram
  • Youtube
  • @gpq6529m

Profil Desa

KKN Sisdamas 2017


Tentang kami

Tegalsumedang adalah desa yang sangat miskin dan kumuh di kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (Sumber: Wikipedia).

KKN Sisdamas 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hadir untuk membantu memberdayakan masyarakatnya dan bersama-sama berjalan ke-arah yang lebih baik

Deepak Bhagya

info Desa

Desa Tegal Sumedang

Sejak Agustus 2017
Alamat : Sindang Wangi No.16, Tegal Sumedang, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat 40394
Website: desategalsumedang.blogspot.co.id
E-mail: desa.tegalsumedang@gmail.com

Siklus KKN

Update Terbaru Kegiatan KKN


Kamis, 17 Agustus 2017

Menjaga Kesehatan Sejak Dini, Demi Membangun Generasi Penerus Bangsa

Menjaga Kesehatan Sejak Dini, Demi Membangun Generasi Penerus Bangsa





Mulai berhembus kabar-kabar yang membuat perasaan ini serasa ingin cepat-cepat berpindah pada hari berikutnya dan menuju pada tempat yang akan ramai di datangi oleh Batita, Balita, Ibu-ibu dan para Lansia. Sebelum mengenal lebih jauh apa itu “menjaga kesehatan sejak dini” terlebih dahulu kita perlu mengetahui cara menjaga kesehatan mulai dari anak-anak dini. 

Pada hari Sabtu, 12/08/17 telah terlaksana program posyandu bersama ibu –ibu pkk . kegiatan ini dimulai pada pukul 08.30 yang bertempat di Mesjid Al-Ikhlas RW 06. Dari sanalah kita mulai mengetahui dengan diadakannya program Posyandu ini ternyata telah berjalan aktif selama beberapa tahun. Kegiatan ini di adakan untuk mereka diantaranya, Batita yang berusia dibawah tiga tahun dimana pada saat ini perkembangannya mulai dapat terlihat seperti belajar merangkak hingga berjalan namun tetap pada pengawasan kedua orang tua, Balita yang berusia dibawah lima tahun yang mana pada saat ini sang buah hati telah bisa berjalan sehingga dibilang berada pada masa baik dalam perkembangan tumbuh kembang anak. Tak cukup sampai disana, posyandu pun tersedia pemeriksaan untuk para ibu-ibu dan para lansia atau bahkan bidan tersebut mengadakan penyuluhan perihal DBD, Rubella, Imunisasi dll. Sebelum mengenal lebih jauh program posyandu alangkah lebih baiknya kita dapat mengerti apa itu pengertian dan tujuan posyandu:

Pengertian posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.(Cessnasari.2005) Adapun posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1997:267). Posyandu pun memiliki tujuan sama halnya dengan program-program yang lainnya. Tujuan posyandu antara lain: menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas. Meningkatkan peran masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. Adapun berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan  gerakan ekonomi keluarga sejahtera.(Bagian kependudukan dan biostatistik FKM USU.2007). 

Dalam kegitan tersebut Batita dan balita yang hadir ke posyandu pun tidak hanya di periksa berat badan dan tinggi badan tapi mereka pun di berikan vitamin A. Hal ini  memperoleh respon dan antusias yang baik dari masyarakat,  terlihat dari pendataan tiap Rt yang ada di Rw 06 yang  terhitung sekitar 35 batita dan balita  juga 5 orang lansia yang tercatat.  Semoga dengan adanya  program tersebut dapat membantu masyarakat dalam hal kesehatan. Demi terwujudnya masyarakat sehat dan sejahtera.





Kontributor : Cucu Suryani / kelompok 35
Redaktur     : Anisa Nur Islami

Perjuangan Tanpa Batas: Menelusuri Sejarah Hidup Mama Haji Atho

Perjuangan Tanpa Batas: Menelusuri Sejarah Hidup Mama Haji Atho






Tegal Sumedang (17/08/17). Tujuh puluh tahun yang lalu, di tanah pengungsian Bandung Timur, hidup sebuah keluarga pengungsi dari cilacap, bernama Hamdan Sudja’i. Ia terusir dari tanah kelahirannya karena kerap kali melawan para penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap kaum pribumi. Ayahnya merupakan seorang prajurit  perang dari mataram yang  gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.  Rupanya darah perjuangan sang ayah  mengalir dalam diri Hamdan, sejak masih muda ia seringkali terlibat dalam pemberontakan mengusir para penjajah yang telah menguasai tanah kelahirannya, di salah satu dusun di cilacap. Karena dianggap membahayakan, pemerintahan belanda di cilacap sempat mengeluarkan harga buronan untuk pria yang sudah berkepala tiga ini. Maka demi keselamatan, ia bersama istri yang kala itu sedang hamil muda, memutuskan untuk meninggalkan cilacap dan mengungsi ke daerah pengungsian di bandung timur (sekarang panyawungan).
Di tanah pengungsian, Hamdan tersentuh hatinya melihat anak-anak pengungsi yang hidup dengan segala keterbatasan. Bukan hanya terbatas dalam makanan dan pakaian saja, mereka juga terbatas dalam mendapatkan akses pendidikan. Oleh karena itu, ia berinisiatif membangun sebuah sarana pendidikan yang berbasis pesantren guna memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut.
Hari berganti bulan, kandungan isterinya pun semakin membesar. Tepatnya pada tahun 1947 ketika ia sedang asyik membaca kitab al-Hikam, isterinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat ia impikan, bayi tersebut ia beri nama dengan nama penulis kitab yang sedang ia baca, yakni Athoillah, dengan harapan anaknya kelak akan tumbuh secerdas ulama dari mesir tersebut.
Semasa kecil, Athoillah mendapatkan pendidikan langsung dari sang ayah di pondok pesantren panyawungan, ia merupakan anak yang cerdas dan mempunyai daya hafal yang kuat, ketika menginjak remaja ia sudah hafal beberapa kitab alat, fiqih dan akhlak. 

Mahasiswa KKN melakukan kunjungan ke kediaman Mama Haji Atho

Pada tahun 1965, terjadilah penyerangan revolusi secara besar-besaran. Hampir setengah juta orang yang dianggap komunis terbunuh dalam peristiwa tersebut, mereka merangsek ke daerah pelosok untuk mencari orang-orang PKI, tak sedikit bangunan yang rusak dan roboh terkena imbasnya, termasuk pondok pesantren panyawungan menjadi rata dengan tanah.
Karena situasi yang mencekam, Hamdan Sudja’i mengungsi yang kedua kalinya ke daerah pesawahan yang sekarang bernama Tegal Sumedang, disana ia memulai kembali perjuangannya dengan membangun sebuah masjid sebagai pusat peribadahan masyarakat dan tempat mengaji anak-anak desa.
Athoillah yang sudah tumbuh dewasa di perintah ayahnnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya. Karena ketekunan dan kecerdasannya dalam belajar, ia mendapatlkan tawaran kuliah di STAI Cipasung dari Professor Ishak Sholih selaku ketua STAI yang kala itu juga merangkap jabatan sebagai Wakil Rektor di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tahun 1975, K.H. Hamdan Sudja’i meninggal dunia, dan Athoillah yang sedang mematangkan ilmunya di tasikmalaya ditarik pulang untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengajar anak-anak desa. Pada tahun yang sama ia mewakafkan tanah untuk pembangunan Sekolah Dasar Inpress yang memang sudah diwasiatkan oleh ayahnya. Sekarang SD tersebut masih berdiri kokoh didaerah ciluncat dengan jumlah siswa mencapai 200 orang.
Gedung SD menjadi saksi bisu perjuangan Mama Haji Atho
Athoillah melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang putri desa bernama Siti Maryam. Mereka dikarunia 6 orang anak ( 3 putra dan 3 putri ). Semua anak-anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana, kecuali yang bungsu sekarang masih terdaftar sebagai mahasiswi semester 5 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain mengabdikan dirinya dalam pendidikan, Mama Haji Atho _sapaan akrab Athoillah_ juga mengabdikan dirinya kepada pemerintah dengan menjabat sebagai Ketua MUI Desa Tegal Sumedang. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti mengisi pengajian bapak-bapak, mengisi pengajian ibu-ibu, memberikan penyuluhan kepada masyarakat,  dan membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan programnya terutama yang menyangkut dengan  pendidikan.
Selama  40 tahun lebih, Mama Haji Atho berjuang dengan mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak bangsa, ia berusaha melanjutkan perjuangan sang ayah dalam mempertahankan kemerdekaan melalui pendidikan. setelah berpartisipasi dalam pembangunan SD, ia membangun Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren  sebagai basis dalam penanaman akidah dan akhlak generasi muda. Tahun 2013, Mama Haji Atho dengan dibantu anak-anaknya berhasil mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang diberi nama “Hidayatul Falah” di daerah ciluncat tengah yang tidak jauh dari tempat kediamannya, Yayasan yang baru mempunyai 2 lokal bangunan ini, menyediakan pendidikan mulai dari PAUD, SMP dan MA. Total siswa saat ini mencapai 100 orang, 40% diantaranya berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Ambon, Maluku dan Flores.
Jalaludin, anak laki-laki Mama Haji Atho, yang juga merupakan Ketua Yayasan, mengatakan bahwa kurikulum  pendidikan yang ia terapkan di Yayasan nya mengacu pada aturan yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni “pendidikan berkarakter” dan “Fullday School”. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain, Ia mengakui tidak keberatan dengan adanya aturan tersebut, karena pendidikan yang disodorkan kepada siswanya adalah pendidikan semi pesantren yang sangat pas jika sekolah memberlakukan aturan “Fullday School”. Sebab, setiap siswa yang terdaftar di sekolah juga terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren.

Tiga dari kanan, Jalaludin, S.Pd., Kepala Yayasan Hidayatul Falah

Mama Haji Atho menyadari bahwa umurnya sekarang sudah tidak muda lagi,  tenaganya sudah tidak kuasa untuk memberikan pengajaran secara maksimal, oleh karena itu ,hampir seluruh tugas-tugas perjuangan dalam proses belajar mengajar sudah ia limpahkan kepada anak dan menantunya. Ia berharap anak dan cucunya kelak dapat terus melanjutkan perjuangan mulia ini, memperjuangkan pendidikan dengan Perjuangan tanpa batas !  #Sb#34#