• instagram
  • Youtube
  • @gpq6529m

Profil Desa

KKN Sisdamas 2017


Tentang kami

Tegalsumedang adalah desa yang sangat miskin dan kumuh di kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (Sumber: Wikipedia).

KKN Sisdamas 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hadir untuk membantu memberdayakan masyarakatnya dan bersama-sama berjalan ke-arah yang lebih baik

Deepak Bhagya

info Desa

Desa Tegal Sumedang

Sejak Agustus 2017
Alamat : Sindang Wangi No.16, Tegal Sumedang, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat 40394
Website: desategalsumedang.blogspot.co.id
E-mail: desa.tegalsumedang@gmail.com

Siklus KKN

Update Terbaru Kegiatan KKN


Kamis, 17 Agustus 2017

Perjuangan Tanpa Batas: Menelusuri Sejarah Hidup Mama Haji Atho






Tegal Sumedang (17/08/17). Tujuh puluh tahun yang lalu, di tanah pengungsian Bandung Timur, hidup sebuah keluarga pengungsi dari cilacap, bernama Hamdan Sudja’i. Ia terusir dari tanah kelahirannya karena kerap kali melawan para penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap kaum pribumi. Ayahnya merupakan seorang prajurit  perang dari mataram yang  gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.  Rupanya darah perjuangan sang ayah  mengalir dalam diri Hamdan, sejak masih muda ia seringkali terlibat dalam pemberontakan mengusir para penjajah yang telah menguasai tanah kelahirannya, di salah satu dusun di cilacap. Karena dianggap membahayakan, pemerintahan belanda di cilacap sempat mengeluarkan harga buronan untuk pria yang sudah berkepala tiga ini. Maka demi keselamatan, ia bersama istri yang kala itu sedang hamil muda, memutuskan untuk meninggalkan cilacap dan mengungsi ke daerah pengungsian di bandung timur (sekarang panyawungan).
Di tanah pengungsian, Hamdan tersentuh hatinya melihat anak-anak pengungsi yang hidup dengan segala keterbatasan. Bukan hanya terbatas dalam makanan dan pakaian saja, mereka juga terbatas dalam mendapatkan akses pendidikan. Oleh karena itu, ia berinisiatif membangun sebuah sarana pendidikan yang berbasis pesantren guna memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut.
Hari berganti bulan, kandungan isterinya pun semakin membesar. Tepatnya pada tahun 1947 ketika ia sedang asyik membaca kitab al-Hikam, isterinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat ia impikan, bayi tersebut ia beri nama dengan nama penulis kitab yang sedang ia baca, yakni Athoillah, dengan harapan anaknya kelak akan tumbuh secerdas ulama dari mesir tersebut.
Semasa kecil, Athoillah mendapatkan pendidikan langsung dari sang ayah di pondok pesantren panyawungan, ia merupakan anak yang cerdas dan mempunyai daya hafal yang kuat, ketika menginjak remaja ia sudah hafal beberapa kitab alat, fiqih dan akhlak. 

Mahasiswa KKN melakukan kunjungan ke kediaman Mama Haji Atho

Pada tahun 1965, terjadilah penyerangan revolusi secara besar-besaran. Hampir setengah juta orang yang dianggap komunis terbunuh dalam peristiwa tersebut, mereka merangsek ke daerah pelosok untuk mencari orang-orang PKI, tak sedikit bangunan yang rusak dan roboh terkena imbasnya, termasuk pondok pesantren panyawungan menjadi rata dengan tanah.
Karena situasi yang mencekam, Hamdan Sudja’i mengungsi yang kedua kalinya ke daerah pesawahan yang sekarang bernama Tegal Sumedang, disana ia memulai kembali perjuangannya dengan membangun sebuah masjid sebagai pusat peribadahan masyarakat dan tempat mengaji anak-anak desa.
Athoillah yang sudah tumbuh dewasa di perintah ayahnnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya. Karena ketekunan dan kecerdasannya dalam belajar, ia mendapatlkan tawaran kuliah di STAI Cipasung dari Professor Ishak Sholih selaku ketua STAI yang kala itu juga merangkap jabatan sebagai Wakil Rektor di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tahun 1975, K.H. Hamdan Sudja’i meninggal dunia, dan Athoillah yang sedang mematangkan ilmunya di tasikmalaya ditarik pulang untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengajar anak-anak desa. Pada tahun yang sama ia mewakafkan tanah untuk pembangunan Sekolah Dasar Inpress yang memang sudah diwasiatkan oleh ayahnya. Sekarang SD tersebut masih berdiri kokoh didaerah ciluncat dengan jumlah siswa mencapai 200 orang.
Gedung SD menjadi saksi bisu perjuangan Mama Haji Atho
Athoillah melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang putri desa bernama Siti Maryam. Mereka dikarunia 6 orang anak ( 3 putra dan 3 putri ). Semua anak-anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana, kecuali yang bungsu sekarang masih terdaftar sebagai mahasiswi semester 5 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain mengabdikan dirinya dalam pendidikan, Mama Haji Atho _sapaan akrab Athoillah_ juga mengabdikan dirinya kepada pemerintah dengan menjabat sebagai Ketua MUI Desa Tegal Sumedang. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti mengisi pengajian bapak-bapak, mengisi pengajian ibu-ibu, memberikan penyuluhan kepada masyarakat,  dan membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan programnya terutama yang menyangkut dengan  pendidikan.
Selama  40 tahun lebih, Mama Haji Atho berjuang dengan mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak bangsa, ia berusaha melanjutkan perjuangan sang ayah dalam mempertahankan kemerdekaan melalui pendidikan. setelah berpartisipasi dalam pembangunan SD, ia membangun Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren  sebagai basis dalam penanaman akidah dan akhlak generasi muda. Tahun 2013, Mama Haji Atho dengan dibantu anak-anaknya berhasil mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang diberi nama “Hidayatul Falah” di daerah ciluncat tengah yang tidak jauh dari tempat kediamannya, Yayasan yang baru mempunyai 2 lokal bangunan ini, menyediakan pendidikan mulai dari PAUD, SMP dan MA. Total siswa saat ini mencapai 100 orang, 40% diantaranya berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Ambon, Maluku dan Flores.
Jalaludin, anak laki-laki Mama Haji Atho, yang juga merupakan Ketua Yayasan, mengatakan bahwa kurikulum  pendidikan yang ia terapkan di Yayasan nya mengacu pada aturan yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni “pendidikan berkarakter” dan “Fullday School”. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain, Ia mengakui tidak keberatan dengan adanya aturan tersebut, karena pendidikan yang disodorkan kepada siswanya adalah pendidikan semi pesantren yang sangat pas jika sekolah memberlakukan aturan “Fullday School”. Sebab, setiap siswa yang terdaftar di sekolah juga terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren.

Tiga dari kanan, Jalaludin, S.Pd., Kepala Yayasan Hidayatul Falah

Mama Haji Atho menyadari bahwa umurnya sekarang sudah tidak muda lagi,  tenaganya sudah tidak kuasa untuk memberikan pengajaran secara maksimal, oleh karena itu ,hampir seluruh tugas-tugas perjuangan dalam proses belajar mengajar sudah ia limpahkan kepada anak dan menantunya. Ia berharap anak dan cucunya kelak dapat terus melanjutkan perjuangan mulia ini, memperjuangkan pendidikan dengan Perjuangan tanpa batas !  #Sb#34#


Selasa, 15 Agustus 2017

Cecep Syamsudin, Imam Besar RT 02

Setelah mendatangi Bapak Ketua RW 05, Kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman Bapak Ketua RT 02 yakni, Cecep Syamsudin. Untuk menuju rumah beliau, kami menempuh perjalanan yang cukup jauh dan cukup melelahkan juga, maklum saja kami menempuhnya dengan berjalan kak karena memang akses jalan yang melewati pematang sawah sehingga tidak bisa menggunakan kendaraan. Setelah melewati sawah kering dengan diterpa teriknya sinar mentari. Akhirnya kamipun sampai di rumah pak Cecep.  Disana kami disambut hangat oleh beliau. Beliau menjabat sebagai RT dari Tahun 2015 yang ditunjuk oleh saudaranya . Beliau bercerita mengenai keadaan masyarakat yang berada dilingkungannya. Pertama, menurutnya bahwa kebanyakan pemuda pemudinya lulusan SMP dan profesi sehari hari mereka ada yang sebagai buruh Tani, Buruh bangunan , karyawan dsb. Kedua, keadaan sawah disana sangat kekeringan sehingga membutuhkan air. Terpaksa masyarakat yang menggarap sawah harus membeli air yang disalurkan dari ci Tarik pada setiap panen dan harganya cukup mahal yaitu 1 tumbak per petak. Hal ini menjadi sebuah beban masyarakat karena sawah yang mereka garap bukan milik mereka sendiri melainkan miliki orang luar.

Kebetulan istri pak RT seorang ibu PKK beliau bercerita tentang program kegiatannya diantaranya ada penimbangan setiap bulan di posyandu, kursus menjahit dan kursus tata rias. Tak disangka ternyata beliau mempunyai prestasi yang sangat membanggakan Desa Tegal Sumedang, beliau dan kawan – kawannya berhasil meraih juara 1 Qasidah di Indosiar tahun 2015 silam. (4/8/2017)
Oleh : kelompok 34 kkn sisdamas 

Berbincang- bincang dengan Bapak Holiludin

Tepat hari ke-2 kegiatan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) kami mencoba menyambangi salah satu tokoh masyarakat di Desa Tegal Sumedang, yakni Bapak Holiludin. Saat ini beliau diamanahi jabatan sebagai Ketua RW 03. Suasana hangat mulai terasa ketika kami memasuki pekarangan rumah pak Holil ini, roman senyum penuh makna dari pria paruh baya ini menyambut kedatangan kami. Setelah dipersilahkan masuk, kami membuka obrolan dengan perkenalan dan mengutarakan maksud kami yaitu ingin bersilaturrahmi sekaligus ingin mengetahui kondisi warga yang berada dibawah naungan beliau. Alhamdulillah Laki-laki asli tegal sumedang ini sangat bersemangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan, sehingga membuat kami merasa nyaman dengan berlama-lama dengan beliau.
Sekilas tentang biografinya, ternyata pak Holil ini lahir tanggal 04 Mei 1949, kami tidak menyangka, orang yang kaya dengan pengalaman dan penuh dengan senyuman ini ternyata hanya menempuh pendidikan sampai SD, rasanya tak sebanding dengan keilmuan yang beliau miliki yang bahkan melebihi kapasitas keilmuan seorang mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beliau bekerja sebagai buruh tani dan perkebunan.
            Beliau mempunyai prestasi yang sangat bagus dibuktikan dengan jabatan beliau dari mulai tahun 1986 sampai sekarang. Beliau berkata kepada kami ” kapungkur mah bapak the kantos ngaraos cape kukituna bapak the milarian anu sanes anu kersa ngagentosan jabatan ieu. Aya panginten sataun mah manawi anjeuna ngaraos cape sareng saurna alim ngajabat deui. Teu lami pak lurah nunjuk deui bapak kangge janten RW tetep di kampong ciluncat ieu.”
            Kemudian kami bertanya mengenai visi misi beliau sebagai ketua RW yaitu:
1.      Visi :
a.       Pengajian rutin laki-laki yang dilaksanakan pada setiap hari Rabu setelah ashar
b.      Pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan pada setiap hari senin setelah dzuhur
c.       Pengajian bulanan tingkat Desa yang dilaksanakan pada minggu ke-4
d.      Pengajian anak-anak setiap hari di pesantren
e.       Infak tahunan untuk kematian di saat musim panen setahun sekali
f.        Membantu menerima zakat mal/ zakat fitrah kemudian mengelola kurban
2.      Misi :
a.       Memiliki masyarakat yang beriman dan bertakwa
b.      Memiliki generasi yang jujur, amanah, mengabdi kepada pemerintah
Beliaupun menceritakan problematika yang ada di masyarakat ini dan bagaimana beliau mengatasi hal tersebut contohnya:
1)      Ada warga masyarakat yang memiliki moral kurang baik seperti mabuk-mabukan beliau mencoba untuk menyelesaikannya dengan menasehatinya secara langsung terhadap pelakunya;
2)      Ada juga warga masyarakat yang suka mencuri seperti ayam dan bebek. Beliaupun turun tangan untuk menasehati pelaku tersebut dan memerinthkan untuk mengganti rugi dengan harga yang setimpal, serta melakukan perjanjian agar tidak melakukan lagi;
3)      Sulit untuk membina pemuda untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat.

Adapun hal yang sudah dicapai oleh masyarakat dari bantuan pemerintah seperti Membuat MCK pada Tahun 2008, merenovasi jalan dll. (3/8/2017)
oleh : kelompok 34 kkn sisdamas

BIMBEL CERIA BERSAMA 35




Bimbel alias Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bantuan belajar kepada siswa atau peserta didik yang bertujuan agar siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. Bimbingan belajar tersebut merupakan proses bantuan terhadap individu agar mendapatkan pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.
Bicara (Bimbel Ceria) merupakan Sejenis kegiatan bimbingan belajar yang di adakan oleh kelompok 35 guna melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan KKN SISDAMAS 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung di bidang pendidikan yang mewadahi anak-anak usia produktif untuk melakukan pembelajaran di ruang non-formal. Dalam kegiatan Bicara tersebut kelompok 35 ini memfokuskan pembelajaran pada Bidang Keagamaan, MIPA, Penguasaan Bahasa ( Bahasa Arab dan Bahasa Inggris ) dan juga Calistung. Untuk memudahkan pembelajaran Peserta Bicara dibagi menjadi 3 tingkatan sesuai dengan kelas mereka di sekolah formal. Yaitu untuk tingkat pertama ada siswa kelas 1-3 SD yang berjumlah 15 orang, tingkatan selanjutnya yaitu kelas 4-6 SD yang berjumlah 13 orang dan yang terakhir siswa kelas 1-3 SMP yang berjumlah 11 orang. Selain itu ada juga pembelajaran khusus yang diberikan kepada anak-anak Usia Dini yang berjumlah sekitar 7 orang.
Kegiatan yang telah berjalan sejak tanggal 08 Agustus 2017 ini mendapatkan banyak antusias dari masyarakat baik itu dari siswa-siswi yang menjadi peserta maupun dari orangtua peserta, dengan adanya  kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan semangat dan minat Belajar anak-anak Kp. Ciluncat Kidul Desa Tegal Sumedang Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung kedepannya.




Kontributor : Aprilia Rizkiana  ( kelompok 35) 
Redaktur     : Anisa Nur Islami

Minggu, 13 Agustus 2017

Menuju Lingkungan Sehat Bersama RT 02




   Menjaga Kesehatan Lingkungan merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu, selain merupakan anugerah yang diberikan sang pencipta kepada hamba-Nya, Kesehatan Lingkungan harus tetap dijaga agar keluarga kita terhindar penyakit. Karena kesehatan tidak ternilai harganya. Terkadang pada saat kita sehat, kita lupa akan nikmat tersebut dan ketika sakit kita baru sadar dan merasakan betapa kesehatan itu sungguh sangat berharga.                                                               
  Tubuh yang sehat bisa didapatkan dari berolahraga secara teratur, menkomsumsi makananan bergizi, dan lingkungan yang sehat dan bersih. Lingkungan yang sehat terkadang sering tidak kita perhatikan karena kesibukan dalam bekerja sehingga lingkungan sekitar tidak dijaga kebersihannya. Akibat dari lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satu yang mengkhawatirkan adalah deman berdarah (DBD) karena dapat menyebabkan kematian.                                                                                                                                                                                     
   Dihari Ahad tanggal 13 Agustus 2017 kami Mahasiswa/Mahasiswi KKN Kelompok 35 membantu warga membersihkan lingkungan RT 02 RW 04 Kp. Ciluncat Desa Tegal Sumedang. Kami kelompok 35 berkoordinasi dengan bapak RT 02 untuk membersihkan saluran sanitasi dan sampah dilingkungan RT 02 RW 04. Saat kami membersihkan banyak sekali sampah dan lingkungan yang tidak sehat dengan sampah dimana mana dan saluran sanitasi yang penuh dengan tanah yang sudah menumpuk ke permukaan sehingga jika terjadi hujan akan terjadi banjir.                                                                    
  Kami berharap semoga warga sekitar sadar akan lingkungan dengan menjaga kebersihan juga melakukan kerja bakti setiap minggunya. Mari kita hidup sehat, demi mencegah penyakit yang tidak diinginkan.  



Kontributor : Ilham Maulana
Redaktur     : Anisa Nur Islami

Jumat, 11 Agustus 2017

KREASI MASYARAKAT DESA TEGALSUMEDANG DALAM USAHA BIDANG KONVEKSI


08 agustus 2017Saya sebagai kordes melakukan penyuluhan kepada salah satu desa di Tegal sumedang, dimana waktu itu saya datang dan silaturahmi kepada jajaran pengurus kepemerintahan yang berada di desa, kami di sambut hangat oleh SEKDES, dan saya di damping oleh salah satu dari DISNAKER TRANS (dinas ketenaga kerjaan dan transmigrasi), saya dan teman teman dari KKN sisdamas 2017 langsung antar ketempat pembutan sablon baju, dimana anak muda dari mulai usia 20 tahun sampai dengan 35 tahun dibina dan dibekali ilmu-ilmu untuk menjadi pengusaha diantaranya menjadi pengusaha sablon.

Kami langsung di damping oleh kang hadi, dimana beliau adalah salah satu mentor untuk pembuatan sablon. Dengan tangan kreatif anak muda disini terus di latih dan dibekali dengan ilmu wirausaha mandiri.

“Tujuan kami memberdayakan anak muda ini agar tercegah dari pengangguran, dimana anak muda di desa tegal sumedang saat ini di bekali dengan ilmu ilmu untuk menjadi pengusaha sablon, bukan hanya itu mereka juga di bekali ilmu untuk menjahit” ujar kang Hadi
Bahkan banyak sekali anak muda di tegal sumedang ini yang awalnya bekerja di pabrik atau pengangguran sekrang anak muda disini semuanya di bekali dengan ilmu-ilmu berwirausaha, bukan hanya sekedar menjahit atau menyablon, tetapi banyak sekali program yang diadakan oleh desa tegal sumedang dan pemerintah kab. Bandung. diantaranya dibekali ilmu teknologi seperti memperbaiki peralatan elektronik khususnya  hp, juga dalam bidang otomotif dan lain sebagainya. Tidak hanya laki-laki yang di jadikan target untuk menjadi pengusaha mandiri ini tetapi banyak juga perempuan yang ikut dalam program ini.


KORDES tegal sumedang mengatakan “ini menjadi salahsatu untuk membuktikan bahwa anak muda desa tegal sumedang ini sangat kreatif, inovatif, dan juga produktif. Kami berharap semoga kedepannya lebih banyak lagi mencetak pengusaha-pengusaha tangguh, yang bisa meningkatkan ekonomi daerah dan juga bisa meningkatkan kesejahtraan bagi seluruh masyarakat desa tegal sumedang” ujar kang Ilyas

Kami di damping langsung proses pembuatan sablon, dari mulai menggambar sampai dengan proses pembuatan sablon hingga hasilnya siap untuk di pasarkan dengan kualitas tinggi dan siap untuk berkompetisi.

Kontributor: Ilyas mubarok

Redaktur : Husen khusaeri

Kamis, 10 Agustus 2017

Mengenal Lebih Dekat Tokoh Agama RW 06 Desa Tegal Sumedang




Oleh kelompok 35 - Pengalaman hidup seorang tokoh  merupakan suatu hal yang selalu menarik untuk diketahui karena didalamnya terdapat berjuta hikmah yang dapat dipetik dan dijadikan pelajaran demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang seperti halnya kisah hidup seorang kiyai H Lili,  yang memberikan wawasan akan ilmu kehidupan.
Pria ramah kelahiran Bandung 11 Oktober 1950 memulai pendidikannya di sekolah rakyat muslimin yang terletak di Cileunyi kabupaten Bandung selama tujuh tahun.  Setelah lulus sekolah rakyat pada tahun 1964 beliau menjadi santri di pondok pesantren yang terletak di Kabupaten Bandung,  tidak lama setelah itu beliau memutuskan untuk berpindah pondok ke sukamiskin  enam tahun kemudian  tepatnya pada 1971 beliau melanjutkan pendidikannya di pondok yang terletak di Cicalengka,  setelah sekian lama melalui pahit manisnya kehidupan seorang diri akhirnya pada tahun 1973 pria yang humoris itu menemukan pelabuhan hatinya seorang wanita hebat yang sampai sekarang setia menemani perjuangan beliau, dari pernikahannya beliau dikaruniai sebelas orang anak, karena kecintaannya terhadap ilmu pada 1976 beliau kembali menjadi santri pondok di Banjar. Lima tahun kemudian, beliau yang sudah matang dalam ilmu agama kembali ke Bandung dan tinggal di desa Tegal Sumedang.  Sejak itu kegiatan dakwah beliau dimulai, sebagai seorang yang peka terhadap permasalahan sosial pada 1980 beliau  mendirikan yayasan Kematian  Bahrul Ulum yang mencakup empat desa diantaranya adalah;  Cileunyi, Sukamanah, Nagamas, dan TegalSumedang. Seiring berjalannya waktu yayasan Kematian Bahrul Ulum  yang beliau dirikan mempunyai aset yang besar khususnya di bidang zakat.
       Kesabaran dan ketekunan beliau dalam berdakwah memberi dampak yang besar terhadap kesadaran beragama pada masyarakat desa Tegal Sumedang hal ini dapat diukur dengan  besarnya partisipasi masyarakat dalam mengeluarkan zakat  hasil  pertanian selain itu juga pada hari raya Idul Fitri setidaknya ada lima ekor sapi dan enam ekor domba untuk kurban setiap tahunnya.
     Kepandaian beliau dalam menjalin hubungan dengan masyarakat menjadikan beliau dicintai oleh masyarakat.. Tidak hanya itu beliau pun pandai soal urusan spiritual sehingga dalam perjalanan hidupnya sebesar apapun masalah yang dihadapi beliau dapat mengatasinya.  Hal ini beliau ceritakan  ketika kehidupannya dulu saat bertani,  berjualan telur hingga dapat menyekolahkan putra-putrinya ke tingkat tinggi bahkan salah satu putranya berhasil menjadi sarjana ITB dan tahun ini beliau pergi ke tanah suci meski keadaan beliau yang kini mapan namun pria yang kerap di panggil akang ini tetap rendah hati dan dekat dengan masyarakat bahkan ketika ditanya akan harapannya.  Beliau berharap agar masyarakat berislam dengan baik dan menjalankan agama islam sebagaimana mestinya sehingga islam bukan sekedar pengakuan saja.

Selasa, 08 Agustus 2017

Kekayaan Alam untuk Mensejahterahkan Ciluncat





Padi-padi tumbuh dengan subur
Serentak memancarkan hijau yang indah
Angin bertiup sepoi-sepoi
Begitu indah pemandangan sawah
Banyak burung berkicau riang
Menyambut indahnya pemandangan sawah


Oleh kelompok 35- Hamparan sawah hijau ini terbentang dari depan menuju posko KKN . Salah satu lahan pertanian yang ada di Rancaekek khususnya ini berada di daerah Desa Tegal Sumedang. Apa yang kamu bayangkan ketika melihat foto ini? sawah dan lahan pertanian yang hijau dan luas serta dikelilingi oleh pemandangan   gunung yang indah, sejuk dan segar . Dengan potensi alam yang kaya yang telah tersedia secara cuma-cuma akan lebih optimal lagi jika semua aspek yang ada ini dapat dikembangkan. Cara untuk mengembangkannya adalah dengan inovasi.
Sore itu saat berjalan di galengan sawah aku bertemu dengan seorang petani yang sedang menanam brokoli. Aku berbincang dengannya,  dia bernama pak ade. Dalam menghidupi keluarganya pak ade bertani sejak tahun 1978 hingga sekarang. Kini umur pak Ade sudah berumur 59 tahun. Tak lama dari situ saat aku sedang berjalan dari kejauhan aku melihat seorang bapak  yang sedang menggembala domba. Aku menghampirinya dan berbincang-bincang . Dia bernama pak Deni,  sekarang umur beliau 47 tahun.  Dalam menafkahi keluarganya beliau menggembala kambing dan menanam padi.  Beliau ini memang asli orang Ciluncat.
Harapannya semoga potensi lokal desa Tegal Sumedang ini selamanya bisa dieksplor dan dijaga selamanya sampai pada generasi yang akan datang, sehingga kekayaan alam di Ciluncat desa Tegalsumedang ini bisa dirasakan hasilnya oleh warga sekitar dan bukan hanya sebatas pemandangan warga sekitar saja.