Minggu
pertama di bulan Agustus setelah kami bersilaturahim ke RT 1 dan 2 RW 5 Desa
Tegal Sumedang ini, akhirnya kami pun bersilaturahim ke RT 3 yang tidak jauh
dengan RT 1. Alhamdulillah bapak RT sedang bersih-bersih rumahnya bersama istri
dan kedua anaknya yang asyik bermain di halaman rumah.
Kami segera bergegas menghampiri
rumah dan menemui istri nya yang sedang sapu-sapu di halaman rumahnya. “Assalamu’alaikun Wr Wb, ibu punten bapak na
aya?” (Tanya kami). “Wa’alaikumussalam
Wr Wb, aya. Manga kalalebet. Ueuleuh…. Timarana ieu teh?” (Jawab istri pa
RT). Kami pun masuk dan dipersilahkan
untuk duduk di ruang tamu. “Punten bu,
ieu teh urang sadaya mahasiswa-masiswi UIN SGD Bandung” (jawab kami). ”Oh muhun. Aya peryogi ka bapaknya? Ke
sakedap bapak na nuju di kamar nembe rengse ibak. Antosan wae sakedap nya”
(Kami pun menunggu pak RT).
Tak lama kemudian, pak RT pun keluar
dari kamar dan duduk bersama kami di ruang tamu sambil menyambut kami dengan
senang hati. Kami pun memperkenalkan diri satu-satu, maksud dan tujuan kami
datang kemari, dan masih banyak lagi. Tak lupa juga kami pun mewawancarai bapak RT 3 ini. Mulai dari
pertanyaan nama kepanjangan bapaknya, berapa anaknya, sudah berapa lama
menjabat sebagai ketua RT 3, dan bagaimana kronologisnya pak RT bisa menjadi
ketua RT 3 di Desa Tegal Sumedang ini.
Pak RT pun menjelaskan secara
mendetail, bahkan beliau sedikit curhat kepada kami keadaan beliau sebagai RT.
Beliau menceritakan bahwa masyarakat di Desa Tegal Sumedang ini kurang antusias
jika ada pemilihan pemerintahan di Desa, apalagi jeka menjadi Ketua Desa.
Menjadi RT atau RW pun mereka acuh. Beliau bisa menjadi RT pun atas pilihan
saudaranya. Bahkan tidak semua masyarakat pun memilihnya. Ada juga yang memang
tidak setuju dengan beliau bahkan ada juga yang meledeknya, katanya “Masa jadi RT badannya kecil begitu”.
Respon pak RT dalam hatinya “Yaa saya
juga sebenarnya tidak ingin, karena tidak ada yang mau juga sih menjadi RT”.
Pak RT pun dipilih oleh saudaranya karena dsri segi pendidikannya, di
bandingkan dengan masyarakat lainnya beliau adalah yang lumayan tinggi. Yaitu
tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ini berarti pendidikan masyarakat di Desa
Tegal Sumedang ini mayoritas hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Masyarakat di Desa
Tegal Sumedang setelah lulus SD, mayoritas dari mereka tidak melanjutkan lagi
ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Karena prinsip mereka yang
bermacam-macam. Ada yang ingin segera mempunyai uang sendiri, ada yang bosan
dengan pendidikan, yang katanya “susah ah
sekolah mah mikir aja”. Dan masih banyak alas an mereka untuk tidak
melanjutkan pendidikannnya.
Kami pun bertanya mengenai sudah
berapa lama pak RT menjabat sebagai ketua RT. Beliau menjawab katanya sudah 10
tahun beliau menjabat sebagai ketua RT. Lalu kami bertanya lagi mengenai
antusias masyarakat untuk merayakan 17 Agustus an, beliau menjawab katanya
masyarakat nya pun kurang antusias dalam merayakan 17 Agustus an, bahkan Karang
Taruna nya pun tidak aktif. Mungkin marena mereka sudah mempunyai kesibukkannya
masing-masing.
Kami bertanya lagi “Apa sih program-program bapak selama
menjadi atau program kedepannya untuk Desa Tegal Sumedang ini ?”. Pak RT
menjawab bahwa untuk saat ini beliau belum mempunyai program lagi. Karena miris
dan sedih melihat masyarakatnya yang kurang antusias dalam kerja sama dalam
membangun Desa Tegal Sumedang ini agar lebih makmur dan sejahtera lagi. Pernah beliau pun mangajak masyakat untuk bersih-bersih
dan mengaspal jalan bahkan berencana untuk membuat MCK, tetapi tidak semua
masyarakat ikut serta. Hanya sebagian saja, bahkan hanya sedikit sekali.
Oleh Kelompok: 34