• instagram
  • Youtube
  • @gpq6529m

Profil Desa

KKN Sisdamas 2017


Tentang kami

Tegalsumedang adalah desa yang sangat miskin dan kumuh di kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (Sumber: Wikipedia).

KKN Sisdamas 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hadir untuk membantu memberdayakan masyarakatnya dan bersama-sama berjalan ke-arah yang lebih baik

Deepak Bhagya

info Desa

Desa Tegal Sumedang

Sejak Agustus 2017
Alamat : Sindang Wangi No.16, Tegal Sumedang, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat 40394
Website: desategalsumedang.blogspot.co.id
E-mail: desa.tegalsumedang@gmail.com

Siklus KKN

Update Terbaru Kegiatan KKN


Jumat, 18 Agustus 2017

Taruna Karya Pemuda yang Dijanjikan Soekarno untuk Menggemparkan Dunia (Taruna Karya RW 04 & 06 Desa Tegal Sumedang)




Nampaknya sudah tak asing lagi di telinga kita dengan pepatah sang proklamator bangsa ini, “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan gemparkan dunia”. Bagiku pernyataan ini adalah harapan besar bung Karno terhadap para pemuda yang memang pada saat menjelang kemerdekaan ikut memperjuangkan bangsa ini. Maka dari itu pemuda harus bisa merefleksikan hal demikian bahwasannya hari ini kitapun memiliki tugas untuk ikut mempertahankan dan  mengisi kemerdekaan, semua ini menjadi komitmen kebangsaan bagi kita para pemuda.
Berbicara mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, Taruna Karya RW 04 dan 06 Desa Tegal Sumedang menyadari akan hal itu. Maka dari itu, mereka mengisi kemerdekaan dengan antusias menyambut HUT RI ke 72 dengan aktivitas dan kreativitas dengan penuh semangat kepemudaan berkarya untuk masyarakat. Beberapa diantaranya kegiatan positif dan kreativitas dari Taruna Karya RW 04 dan 06 ini adalah turnamen sepakbola, lomba-lomba kreativitas anak bangsa, pengajian, hiburan, seni dari masyarakat dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan perlombaan dan kreasi seni dimaksudkan untuk memupuk jiwa kompetitif dan kreatifitas dikalangan generasi muda di RW 04 dan 06 Desa Tegal Sumedang. Sedangkan kegiatan pengajian adalah upaya untuk membina spiritual generasi muda dan memberikan pendidikan bagi generasi muda. Upaya inilah yang dilakukan oleh Taruna Karya RW 04 dan 06 untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Dengan ini terlihat jelas komitmen kebangsaan mereka. Maka dari itu Taruna Karya Desa Tegal Sumedang inilah bagian dari kesepulu pemuda yang dijanjikan Bung Karno untuk menggemparkan dunia.

Kontributor     : Abdul Mugni / kelompok 35

Redaktur         : Anisa Nur Islami

Kamis, 17 Agustus 2017

Menjaga Kesehatan Sejak Dini, Demi Membangun Generasi Penerus Bangsa





Mulai berhembus kabar-kabar yang membuat perasaan ini serasa ingin cepat-cepat berpindah pada hari berikutnya dan menuju pada tempat yang akan ramai di datangi oleh Batita, Balita, Ibu-ibu dan para Lansia. Sebelum mengenal lebih jauh apa itu “menjaga kesehatan sejak dini” terlebih dahulu kita perlu mengetahui cara menjaga kesehatan mulai dari anak-anak dini. 

Pada hari Sabtu, 12/08/17 telah terlaksana program posyandu bersama ibu –ibu pkk . kegiatan ini dimulai pada pukul 08.30 yang bertempat di Mesjid Al-Ikhlas RW 06. Dari sanalah kita mulai mengetahui dengan diadakannya program Posyandu ini ternyata telah berjalan aktif selama beberapa tahun. Kegiatan ini di adakan untuk mereka diantaranya, Batita yang berusia dibawah tiga tahun dimana pada saat ini perkembangannya mulai dapat terlihat seperti belajar merangkak hingga berjalan namun tetap pada pengawasan kedua orang tua, Balita yang berusia dibawah lima tahun yang mana pada saat ini sang buah hati telah bisa berjalan sehingga dibilang berada pada masa baik dalam perkembangan tumbuh kembang anak. Tak cukup sampai disana, posyandu pun tersedia pemeriksaan untuk para ibu-ibu dan para lansia atau bahkan bidan tersebut mengadakan penyuluhan perihal DBD, Rubella, Imunisasi dll. Sebelum mengenal lebih jauh program posyandu alangkah lebih baiknya kita dapat mengerti apa itu pengertian dan tujuan posyandu:

Pengertian posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.(Cessnasari.2005) Adapun posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1997:267). Posyandu pun memiliki tujuan sama halnya dengan program-program yang lainnya. Tujuan posyandu antara lain: menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas. Meningkatkan peran masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. Adapun berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan  gerakan ekonomi keluarga sejahtera.(Bagian kependudukan dan biostatistik FKM USU.2007). 

Dalam kegitan tersebut Batita dan balita yang hadir ke posyandu pun tidak hanya di periksa berat badan dan tinggi badan tapi mereka pun di berikan vitamin A. Hal ini  memperoleh respon dan antusias yang baik dari masyarakat,  terlihat dari pendataan tiap Rt yang ada di Rw 06 yang  terhitung sekitar 35 batita dan balita  juga 5 orang lansia yang tercatat.  Semoga dengan adanya  program tersebut dapat membantu masyarakat dalam hal kesehatan. Demi terwujudnya masyarakat sehat dan sejahtera.





Kontributor : Cucu Suryani / kelompok 35
Redaktur     : Anisa Nur Islami

Perjuangan Tanpa Batas: Menelusuri Sejarah Hidup Mama Haji Atho






Tegal Sumedang (17/08/17). Tujuh puluh tahun yang lalu, di tanah pengungsian Bandung Timur, hidup sebuah keluarga pengungsi dari cilacap, bernama Hamdan Sudja’i. Ia terusir dari tanah kelahirannya karena kerap kali melawan para penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap kaum pribumi. Ayahnya merupakan seorang prajurit  perang dari mataram yang  gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.  Rupanya darah perjuangan sang ayah  mengalir dalam diri Hamdan, sejak masih muda ia seringkali terlibat dalam pemberontakan mengusir para penjajah yang telah menguasai tanah kelahirannya, di salah satu dusun di cilacap. Karena dianggap membahayakan, pemerintahan belanda di cilacap sempat mengeluarkan harga buronan untuk pria yang sudah berkepala tiga ini. Maka demi keselamatan, ia bersama istri yang kala itu sedang hamil muda, memutuskan untuk meninggalkan cilacap dan mengungsi ke daerah pengungsian di bandung timur (sekarang panyawungan).
Di tanah pengungsian, Hamdan tersentuh hatinya melihat anak-anak pengungsi yang hidup dengan segala keterbatasan. Bukan hanya terbatas dalam makanan dan pakaian saja, mereka juga terbatas dalam mendapatkan akses pendidikan. Oleh karena itu, ia berinisiatif membangun sebuah sarana pendidikan yang berbasis pesantren guna memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut.
Hari berganti bulan, kandungan isterinya pun semakin membesar. Tepatnya pada tahun 1947 ketika ia sedang asyik membaca kitab al-Hikam, isterinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat ia impikan, bayi tersebut ia beri nama dengan nama penulis kitab yang sedang ia baca, yakni Athoillah, dengan harapan anaknya kelak akan tumbuh secerdas ulama dari mesir tersebut.
Semasa kecil, Athoillah mendapatkan pendidikan langsung dari sang ayah di pondok pesantren panyawungan, ia merupakan anak yang cerdas dan mempunyai daya hafal yang kuat, ketika menginjak remaja ia sudah hafal beberapa kitab alat, fiqih dan akhlak. 

Mahasiswa KKN melakukan kunjungan ke kediaman Mama Haji Atho

Pada tahun 1965, terjadilah penyerangan revolusi secara besar-besaran. Hampir setengah juta orang yang dianggap komunis terbunuh dalam peristiwa tersebut, mereka merangsek ke daerah pelosok untuk mencari orang-orang PKI, tak sedikit bangunan yang rusak dan roboh terkena imbasnya, termasuk pondok pesantren panyawungan menjadi rata dengan tanah.
Karena situasi yang mencekam, Hamdan Sudja’i mengungsi yang kedua kalinya ke daerah pesawahan yang sekarang bernama Tegal Sumedang, disana ia memulai kembali perjuangannya dengan membangun sebuah masjid sebagai pusat peribadahan masyarakat dan tempat mengaji anak-anak desa.
Athoillah yang sudah tumbuh dewasa di perintah ayahnnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya. Karena ketekunan dan kecerdasannya dalam belajar, ia mendapatlkan tawaran kuliah di STAI Cipasung dari Professor Ishak Sholih selaku ketua STAI yang kala itu juga merangkap jabatan sebagai Wakil Rektor di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tahun 1975, K.H. Hamdan Sudja’i meninggal dunia, dan Athoillah yang sedang mematangkan ilmunya di tasikmalaya ditarik pulang untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengajar anak-anak desa. Pada tahun yang sama ia mewakafkan tanah untuk pembangunan Sekolah Dasar Inpress yang memang sudah diwasiatkan oleh ayahnya. Sekarang SD tersebut masih berdiri kokoh didaerah ciluncat dengan jumlah siswa mencapai 200 orang.
Gedung SD menjadi saksi bisu perjuangan Mama Haji Atho
Athoillah melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang putri desa bernama Siti Maryam. Mereka dikarunia 6 orang anak ( 3 putra dan 3 putri ). Semua anak-anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana, kecuali yang bungsu sekarang masih terdaftar sebagai mahasiswi semester 5 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain mengabdikan dirinya dalam pendidikan, Mama Haji Atho _sapaan akrab Athoillah_ juga mengabdikan dirinya kepada pemerintah dengan menjabat sebagai Ketua MUI Desa Tegal Sumedang. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti mengisi pengajian bapak-bapak, mengisi pengajian ibu-ibu, memberikan penyuluhan kepada masyarakat,  dan membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan programnya terutama yang menyangkut dengan  pendidikan.
Selama  40 tahun lebih, Mama Haji Atho berjuang dengan mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak bangsa, ia berusaha melanjutkan perjuangan sang ayah dalam mempertahankan kemerdekaan melalui pendidikan. setelah berpartisipasi dalam pembangunan SD, ia membangun Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren  sebagai basis dalam penanaman akidah dan akhlak generasi muda. Tahun 2013, Mama Haji Atho dengan dibantu anak-anaknya berhasil mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang diberi nama “Hidayatul Falah” di daerah ciluncat tengah yang tidak jauh dari tempat kediamannya, Yayasan yang baru mempunyai 2 lokal bangunan ini, menyediakan pendidikan mulai dari PAUD, SMP dan MA. Total siswa saat ini mencapai 100 orang, 40% diantaranya berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Ambon, Maluku dan Flores.
Jalaludin, anak laki-laki Mama Haji Atho, yang juga merupakan Ketua Yayasan, mengatakan bahwa kurikulum  pendidikan yang ia terapkan di Yayasan nya mengacu pada aturan yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni “pendidikan berkarakter” dan “Fullday School”. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain, Ia mengakui tidak keberatan dengan adanya aturan tersebut, karena pendidikan yang disodorkan kepada siswanya adalah pendidikan semi pesantren yang sangat pas jika sekolah memberlakukan aturan “Fullday School”. Sebab, setiap siswa yang terdaftar di sekolah juga terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren.

Tiga dari kanan, Jalaludin, S.Pd., Kepala Yayasan Hidayatul Falah

Mama Haji Atho menyadari bahwa umurnya sekarang sudah tidak muda lagi,  tenaganya sudah tidak kuasa untuk memberikan pengajaran secara maksimal, oleh karena itu ,hampir seluruh tugas-tugas perjuangan dalam proses belajar mengajar sudah ia limpahkan kepada anak dan menantunya. Ia berharap anak dan cucunya kelak dapat terus melanjutkan perjuangan mulia ini, memperjuangkan pendidikan dengan Perjuangan tanpa batas !  #Sb#34#


Selasa, 15 Agustus 2017

Cecep Syamsudin, Imam Besar RT 02

Setelah mendatangi Bapak Ketua RW 05, Kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman Bapak Ketua RT 02 yakni, Cecep Syamsudin. Untuk menuju rumah beliau, kami menempuh perjalanan yang cukup jauh dan cukup melelahkan juga, maklum saja kami menempuhnya dengan berjalan kak karena memang akses jalan yang melewati pematang sawah sehingga tidak bisa menggunakan kendaraan. Setelah melewati sawah kering dengan diterpa teriknya sinar mentari. Akhirnya kamipun sampai di rumah pak Cecep.  Disana kami disambut hangat oleh beliau. Beliau menjabat sebagai RT dari Tahun 2015 yang ditunjuk oleh saudaranya . Beliau bercerita mengenai keadaan masyarakat yang berada dilingkungannya. Pertama, menurutnya bahwa kebanyakan pemuda pemudinya lulusan SMP dan profesi sehari hari mereka ada yang sebagai buruh Tani, Buruh bangunan , karyawan dsb. Kedua, keadaan sawah disana sangat kekeringan sehingga membutuhkan air. Terpaksa masyarakat yang menggarap sawah harus membeli air yang disalurkan dari ci Tarik pada setiap panen dan harganya cukup mahal yaitu 1 tumbak per petak. Hal ini menjadi sebuah beban masyarakat karena sawah yang mereka garap bukan milik mereka sendiri melainkan miliki orang luar.

Kebetulan istri pak RT seorang ibu PKK beliau bercerita tentang program kegiatannya diantaranya ada penimbangan setiap bulan di posyandu, kursus menjahit dan kursus tata rias. Tak disangka ternyata beliau mempunyai prestasi yang sangat membanggakan Desa Tegal Sumedang, beliau dan kawan – kawannya berhasil meraih juara 1 Qasidah di Indosiar tahun 2015 silam. (4/8/2017)
Oleh : kelompok 34 kkn sisdamas 

Berbincang- bincang dengan Bapak Holiludin

Tepat hari ke-2 kegiatan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) kami mencoba menyambangi salah satu tokoh masyarakat di Desa Tegal Sumedang, yakni Bapak Holiludin. Saat ini beliau diamanahi jabatan sebagai Ketua RW 03. Suasana hangat mulai terasa ketika kami memasuki pekarangan rumah pak Holil ini, roman senyum penuh makna dari pria paruh baya ini menyambut kedatangan kami. Setelah dipersilahkan masuk, kami membuka obrolan dengan perkenalan dan mengutarakan maksud kami yaitu ingin bersilaturrahmi sekaligus ingin mengetahui kondisi warga yang berada dibawah naungan beliau. Alhamdulillah Laki-laki asli tegal sumedang ini sangat bersemangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan, sehingga membuat kami merasa nyaman dengan berlama-lama dengan beliau.
Sekilas tentang biografinya, ternyata pak Holil ini lahir tanggal 04 Mei 1949, kami tidak menyangka, orang yang kaya dengan pengalaman dan penuh dengan senyuman ini ternyata hanya menempuh pendidikan sampai SD, rasanya tak sebanding dengan keilmuan yang beliau miliki yang bahkan melebihi kapasitas keilmuan seorang mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beliau bekerja sebagai buruh tani dan perkebunan.
            Beliau mempunyai prestasi yang sangat bagus dibuktikan dengan jabatan beliau dari mulai tahun 1986 sampai sekarang. Beliau berkata kepada kami ” kapungkur mah bapak the kantos ngaraos cape kukituna bapak the milarian anu sanes anu kersa ngagentosan jabatan ieu. Aya panginten sataun mah manawi anjeuna ngaraos cape sareng saurna alim ngajabat deui. Teu lami pak lurah nunjuk deui bapak kangge janten RW tetep di kampong ciluncat ieu.”
            Kemudian kami bertanya mengenai visi misi beliau sebagai ketua RW yaitu:
1.      Visi :
a.       Pengajian rutin laki-laki yang dilaksanakan pada setiap hari Rabu setelah ashar
b.      Pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan pada setiap hari senin setelah dzuhur
c.       Pengajian bulanan tingkat Desa yang dilaksanakan pada minggu ke-4
d.      Pengajian anak-anak setiap hari di pesantren
e.       Infak tahunan untuk kematian di saat musim panen setahun sekali
f.        Membantu menerima zakat mal/ zakat fitrah kemudian mengelola kurban
2.      Misi :
a.       Memiliki masyarakat yang beriman dan bertakwa
b.      Memiliki generasi yang jujur, amanah, mengabdi kepada pemerintah
Beliaupun menceritakan problematika yang ada di masyarakat ini dan bagaimana beliau mengatasi hal tersebut contohnya:
1)      Ada warga masyarakat yang memiliki moral kurang baik seperti mabuk-mabukan beliau mencoba untuk menyelesaikannya dengan menasehatinya secara langsung terhadap pelakunya;
2)      Ada juga warga masyarakat yang suka mencuri seperti ayam dan bebek. Beliaupun turun tangan untuk menasehati pelaku tersebut dan memerinthkan untuk mengganti rugi dengan harga yang setimpal, serta melakukan perjanjian agar tidak melakukan lagi;
3)      Sulit untuk membina pemuda untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat.

Adapun hal yang sudah dicapai oleh masyarakat dari bantuan pemerintah seperti Membuat MCK pada Tahun 2008, merenovasi jalan dll. (3/8/2017)
oleh : kelompok 34 kkn sisdamas

BIMBEL CERIA BERSAMA 35




Bimbel alias Bimbingan belajar adalah suatu kegiatan bantuan belajar kepada siswa atau peserta didik yang bertujuan agar siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. Bimbingan belajar tersebut merupakan proses bantuan terhadap individu agar mendapatkan pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.
Bicara (Bimbel Ceria) merupakan Sejenis kegiatan bimbingan belajar yang di adakan oleh kelompok 35 guna melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan KKN SISDAMAS 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung di bidang pendidikan yang mewadahi anak-anak usia produktif untuk melakukan pembelajaran di ruang non-formal. Dalam kegiatan Bicara tersebut kelompok 35 ini memfokuskan pembelajaran pada Bidang Keagamaan, MIPA, Penguasaan Bahasa ( Bahasa Arab dan Bahasa Inggris ) dan juga Calistung. Untuk memudahkan pembelajaran Peserta Bicara dibagi menjadi 3 tingkatan sesuai dengan kelas mereka di sekolah formal. Yaitu untuk tingkat pertama ada siswa kelas 1-3 SD yang berjumlah 15 orang, tingkatan selanjutnya yaitu kelas 4-6 SD yang berjumlah 13 orang dan yang terakhir siswa kelas 1-3 SMP yang berjumlah 11 orang. Selain itu ada juga pembelajaran khusus yang diberikan kepada anak-anak Usia Dini yang berjumlah sekitar 7 orang.
Kegiatan yang telah berjalan sejak tanggal 08 Agustus 2017 ini mendapatkan banyak antusias dari masyarakat baik itu dari siswa-siswi yang menjadi peserta maupun dari orangtua peserta, dengan adanya  kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan semangat dan minat Belajar anak-anak Kp. Ciluncat Kidul Desa Tegal Sumedang Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung kedepannya.




Kontributor : Aprilia Rizkiana  ( kelompok 35) 
Redaktur     : Anisa Nur Islami