• instagram
  • Youtube
  • @gpq6529m

Profil Desa

KKN Sisdamas 2017


Tentang kami

Tegalsumedang adalah desa yang sangat miskin dan kumuh di kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Indonesia (Sumber: Wikipedia).

KKN Sisdamas 2017 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hadir untuk membantu memberdayakan masyarakatnya dan bersama-sama berjalan ke-arah yang lebih baik

Deepak Bhagya

info Desa

Desa Tegal Sumedang

Sejak Agustus 2017
Alamat : Sindang Wangi No.16, Tegal Sumedang, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat 40394
Website: desategalsumedang.blogspot.co.id
E-mail: desa.tegalsumedang@gmail.com

Siklus KKN

Update Terbaru Kegiatan KKN


Senin, 21 Agustus 2017

“SEHAT ADALAH SALAH SATU KUNCI PENYEMANGAT IBADAH”
Senin, 7 Agustus 2017 (Posyandu di RW 3)




            Seperti biasa hari Senin adalah hari dimulainya aktivitas. Hari Senin di Minggu pertama ini kelompok 34 pun bersilaturahmi ke Posyandu yang masih berada di daerah RW 3. Ketika kami datang, ternyata baru beberapa orang saja. Dan katanya dokternya sedang berada di RW 2. Kita menunggu hampir setengah jam lamanya. Sambil asyik kami mengobrol dengan warga RW 3 disini.
            Sambil asyik ngobrol kami pun ditanya oleh warga RW 3 mengenai tujuan kita berada disini, asal dan dari jurusan apa saja. Alhamdulillah sepertinya mereka senang dengan kedatangan kami (mahasiswa-mahasisiwi dari UIN SGD Bandung) ini. Selain itu, kita pun bertanya kepada mereka apakah sebelumnya di Desa Tegal Sumedang ini sudah pernah ada yang KKN ? Jawaban mereka belum.
            Setengah jam berlalu, Alhamdulillah dokter nya pun datang. Dan kami pun menyambutnya dengan senang karena kami melihat ibu-ibu dan tak lupa juga dengan anaknya yang sudah lama menunggu kedatangan dokter.
            Ketika kami mendokumentasi, dokternya agak sedikit curiga dan sejenak berhenti sambil melihat kepada kami dengan wajah yang sedikit takut. Hehe…. Dan Alhamdulillah ada seorang ibu yang mencoba menjelaskan singkat kepada dokter tersebut. Akhirnya dokter pun kembali melakukan tugasnya.
            Kegiatan posyandu ini rutin dilaksanakan setiap 1 bulan sekali di Desa Tegal Sumedang dan kebeberapa RW yang berada di Desa Tegal Sumedang ini dalam 1 hari. Kalau waktunya tidak cukup maka di lanjutkan esok harinya atau di ganti dengan hari lain.
            Kegiatan Posyandu ini yaitu memberikan vitamin A, menimbang berat badan anak-anak dan juga memeriksa penyakit yang jika memang ada pada anak. Selain itu juga, dokter pun memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang bahaya nya campak dan rubella. Seperti, memberikan informasi cara pencehahannya, menyerang kepada siapa saja, dan masih banyak lagi.
            Kami pun ikut membantu dan sebagian dari kami pun akhirnya mengetahui apa itu campak dan rubella, dampaknya seperti apa, dan mengapa pencegahan nya ini sangat penting. Dokter pun menjelaskan nya sangat detail dan cukup membuat ibu-ibu sangat antusias menyimaknya. Ini pun menjadi salah satu ibu-ibu yang begitu sangat menyayangi anak-anaknya.

Oleh: Kelompok 34

“KAMI PUN SANGAT MENGHARAPKAN KERJA SAMA MASYARAKAT” (Silaturahim RT 3 RW 5)

            Minggu pertama di bulan Agustus setelah kami bersilaturahim ke RT 1 dan 2 RW 5 Desa Tegal Sumedang ini, akhirnya kami pun bersilaturahim ke RT 3 yang tidak jauh dengan RT 1. Alhamdulillah bapak RT sedang bersih-bersih rumahnya bersama istri dan kedua anaknya yang asyik bermain di halaman rumah.
            Kami segera bergegas menghampiri rumah dan menemui istri nya yang sedang sapu-sapu di halaman rumahnya. “Assalamu’alaikun Wr Wb, ibu punten bapak na aya?” (Tanya kami). “Wa’alaikumussalam Wr Wb, aya. Manga kalalebet. Ueuleuh…. Timarana ieu teh?” (Jawab istri pa RT).  Kami pun masuk dan dipersilahkan untuk duduk di ruang tamu. “Punten bu, ieu teh urang sadaya mahasiswa-masiswi UIN SGD Bandung” (jawab kami). ”Oh muhun. Aya peryogi ka bapaknya? Ke sakedap bapak na nuju di kamar nembe rengse ibak. Antosan wae sakedap nya” (Kami pun menunggu pak RT).
            Tak lama kemudian, pak RT pun keluar dari kamar dan duduk bersama kami di ruang tamu sambil menyambut kami dengan senang hati. Kami pun memperkenalkan diri satu-satu, maksud dan tujuan kami datang kemari, dan masih banyak lagi. Tak lupa juga kami pun  mewawancarai bapak RT 3 ini. Mulai dari pertanyaan nama kepanjangan bapaknya, berapa anaknya, sudah berapa lama menjabat sebagai ketua RT 3, dan bagaimana kronologisnya pak RT bisa menjadi ketua RT 3 di Desa Tegal Sumedang ini.
            Pak RT pun menjelaskan secara mendetail, bahkan beliau sedikit curhat kepada kami keadaan beliau sebagai RT. Beliau menceritakan bahwa masyarakat di Desa Tegal Sumedang ini kurang antusias jika ada pemilihan pemerintahan di Desa, apalagi jeka menjadi Ketua Desa. Menjadi RT atau RW pun mereka acuh. Beliau bisa menjadi RT pun atas pilihan saudaranya. Bahkan tidak semua masyarakat pun memilihnya. Ada juga yang memang tidak setuju dengan beliau bahkan ada juga yang meledeknya, katanya “Masa jadi RT badannya kecil begitu”. Respon pak RT dalam hatinya “Yaa saya juga sebenarnya tidak ingin, karena tidak ada yang mau juga sih menjadi RT”. Pak RT pun dipilih oleh saudaranya karena dsri segi pendidikannya, di bandingkan dengan masyarakat lainnya beliau adalah yang lumayan tinggi. Yaitu tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ini berarti pendidikan masyarakat di Desa Tegal Sumedang ini mayoritas hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Masyarakat di Desa Tegal Sumedang setelah lulus SD, mayoritas dari mereka tidak melanjutkan lagi ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Karena prinsip mereka yang bermacam-macam. Ada yang ingin segera mempunyai uang sendiri, ada yang bosan dengan pendidikan, yang katanya “susah ah sekolah mah mikir aja”. Dan masih banyak alas an mereka untuk tidak melanjutkan pendidikannnya.
            Kami pun bertanya mengenai sudah berapa lama pak RT menjabat sebagai ketua RT. Beliau menjawab katanya sudah 10 tahun beliau menjabat sebagai ketua RT. Lalu kami bertanya lagi mengenai antusias masyarakat untuk merayakan 17 Agustus an, beliau menjawab katanya masyarakat nya pun kurang antusias dalam merayakan 17 Agustus an, bahkan Karang Taruna nya pun tidak aktif. Mungkin marena mereka sudah mempunyai kesibukkannya masing-masing.
            Kami bertanya lagi “Apa sih program-program bapak selama menjadi atau program kedepannya untuk Desa Tegal Sumedang ini ?”. Pak RT menjawab bahwa untuk saat ini beliau belum mempunyai program lagi. Karena miris dan sedih melihat masyarakatnya yang kurang antusias dalam kerja sama dalam membangun Desa Tegal Sumedang ini agar lebih makmur dan sejahtera lagi.  Pernah beliau pun mangajak masyakat untuk bersih-bersih dan mengaspal jalan bahkan berencana untuk membuat MCK, tetapi tidak semua masyarakat ikut serta. Hanya sebagian saja, bahkan hanya sedikit sekali.   
Oleh Kelompok: 34



         

Minggu, 20 Agustus 2017

Malam Pendidikan di SMP Terpadu dan MA Hidayatul Falah






Pada tanggal 16 Agustus 2017 merupakan malam dimana kita bisa merefleksikan detik-detik perumusan proklamasi Indonesia yang tepatnya dilakukan pada 72 tahun yang lalu. Dengan maksud dan tujuan agar dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa ini. Mahasiswa KKN UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Desa Tegal Sumedang bersama dengan guru-guru dan semua unsur dan staf sekolah mengadakan kegiatan bermalam di lingkungan pesantren Bahrul Ulum. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan pendidikan bagi para peserta didik untuk memperingati dan merefleksikan HUT RI ke-72 tahun.

Kegiatan bermalam disekolah tersebut diisi dengan kegiatan-kegiatan diantaranya menyanyikan lagu Indonesia Raya, lomba peragaan busana perjuangan, lomba membacakan teks Proklamasi dan menghafal Pancasila, lomba masak liwet, bedah film perjuangan, motivasi pendidikan, kegiatan keagamaan dan apel HUT RI. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan upaya memupuk nasionalisme dan kesadaran akan pendidikan dalam mengisi kemerdekaan yang sasaran utamanya adalah para peserta didik di yayasan Bahrul Ulum tersebut. Kegiatan malam pendidikan yang dilaksanakan di SMP Terpadu dan MA Hidayatul Falah sangat bernilai positif sekali mengingat pelaksanaan tesebut bertepatan dengan perayaan HUT RI ke-72. Kegiatan tersebut patut diberikan apresiasi penuh, sebab kegiatan tersebut memberikan pemahaman terkait esensi kemerdekaan yang dibalut dalam rangkayan kegiatan perlombaan, keagamaan dan motivasi yang dipandang perlu untuk memberikan pendidikan kepada mereka yang kedepannya akan memikul tugas keumatan dan kebangsaan.



Kontributor     : Abdul Mugni/ Kelompok 35
Redaktur         : Anisa Nur Islami

Sabtu, 19 Agustus 2017

Sepakbola Sebagai Ajang Menggali Potensi dan Memupuk Jiwa Kompetitif



Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang banyak digemari bukan hanya di Indonesia saja, namun di seluruh dunia. Hal ini banyak diminati mulai dari anak-anak, remaja hingga uisa tua, baik itu laki-laki atau perempuan yang berada di kota, desa dan diperkampungan. Mudah untuk kita menemukan orang-orang yang memainkan olahraga ini, salah satunya di Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Kampung Ciluncat kidul RW/RT 04/01, Desa Tegal Sumedang. Kegiatan ini merupakan perlombaan Sepakbola yang diadakan oleh Pemuda Taruna Karya RW 04 dan 06 bersama dengan mahasiswa UIN SGD Bandung yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) didaerah setempat. Kegiatan tersebut merupakan serangkaian kegiatan untuk menyambut dan ikut memeriahkan peringatan HUT RI yang ke-72 di daerah tersebut.
Kegiatan peringatan HUT RI ini merupakan suatu kegiatan yang sangat bermakna. Kegiatan ini sebagai upaya pemuda membuktikan bahwa mereka ada, mereka siap mempertahankan kemerdekaan, dan siap untuk mengisi kemerdekaan. Rangkaian kegiatan peringatan HUT RI yang ke-72 ini dimeriahkan dengan penyelenggaraan turnamen sepakbola untuk anak-anak usia Sekolah Dasar dan usia Sekolah Menengah Pertama di Desa Ciluncat.
Turnamen sepakbola diselenggarakan bukan hanya sebagai hiburan masyarakat semata, namun dimaksudkan untuk memupuk jiwa kompetitif bagi anak-anak sebagai penerus perjuangan bangsa. Dengan diselenggarakannya turnamen, diharapkan anak-anak yang mengikuti perlombaan termotivasi untuk bisa bersaing dengan teman-teman lainnya yang ikut bertanding dan saling memperebutkan gelar juara. Persaingan ini tentu saja bernilai positif, sebab diselenggarakan dengan sehat dan aturan yang jelas, terlebih lagi sepakbola merupakan kegiatan olahraga yang banyak digemari oleh setiap lapisan masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini sangat besar harapan dari semua panitia dan mahasiswa, bahwasannya peserta yang mengikuti perlombaan akan muncul kesadaran untuk berkompetisi, yang pada akhirnya mereka akan terus berlatih untuk meningkatkan kualitas dan kapasitasnya.
Turnamen sepakbola ini juga dapat menggali potensi anak-anak di Desa Tegal Sumedang dalam bermain sepakbola. Dalam setiap pertandingan para penonton dan panitia dapat menilai bagaimana anak-anak dalam bermain. Kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh anak-anak dapat disalurkan dalam setiap pertandingannya. Setiap tim sepakbola yang beranggotakan lima orang ini akan beradu kemampuan dalam menggiring si kulit bundar untuk dapat mencetak skor dalam setiap pertandingan. Kemampuan mereka inilah yang menjadi potensi anak-anak yang mudah-mudahan kedepannya akan berpengaruh pada persepakbolaan nasional yang konon katanya sedang krisis pemain. Pada akhirnya sangat besar harapan kedepan, semoga potensi yang dimiliki dapat terus tersalurkan dan menjadikan mereka sebagai pemain sepakbola yang handal dan mengharumkan kampung halamannya.

Kontributor     : Abdul Mugni / kelompok 35

Redaktur         : Anisa Nur Islami

Jumat, 18 Agustus 2017

Taruna Karya Pemuda yang Dijanjikan Soekarno untuk Menggemparkan Dunia (Taruna Karya RW 04 & 06 Desa Tegal Sumedang)




Nampaknya sudah tak asing lagi di telinga kita dengan pepatah sang proklamator bangsa ini, “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan gemparkan dunia”. Bagiku pernyataan ini adalah harapan besar bung Karno terhadap para pemuda yang memang pada saat menjelang kemerdekaan ikut memperjuangkan bangsa ini. Maka dari itu pemuda harus bisa merefleksikan hal demikian bahwasannya hari ini kitapun memiliki tugas untuk ikut mempertahankan dan  mengisi kemerdekaan, semua ini menjadi komitmen kebangsaan bagi kita para pemuda.
Berbicara mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, Taruna Karya RW 04 dan 06 Desa Tegal Sumedang menyadari akan hal itu. Maka dari itu, mereka mengisi kemerdekaan dengan antusias menyambut HUT RI ke 72 dengan aktivitas dan kreativitas dengan penuh semangat kepemudaan berkarya untuk masyarakat. Beberapa diantaranya kegiatan positif dan kreativitas dari Taruna Karya RW 04 dan 06 ini adalah turnamen sepakbola, lomba-lomba kreativitas anak bangsa, pengajian, hiburan, seni dari masyarakat dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan perlombaan dan kreasi seni dimaksudkan untuk memupuk jiwa kompetitif dan kreatifitas dikalangan generasi muda di RW 04 dan 06 Desa Tegal Sumedang. Sedangkan kegiatan pengajian adalah upaya untuk membina spiritual generasi muda dan memberikan pendidikan bagi generasi muda. Upaya inilah yang dilakukan oleh Taruna Karya RW 04 dan 06 untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Dengan ini terlihat jelas komitmen kebangsaan mereka. Maka dari itu Taruna Karya Desa Tegal Sumedang inilah bagian dari kesepulu pemuda yang dijanjikan Bung Karno untuk menggemparkan dunia.

Kontributor     : Abdul Mugni / kelompok 35

Redaktur         : Anisa Nur Islami

Kamis, 17 Agustus 2017

Menjaga Kesehatan Sejak Dini, Demi Membangun Generasi Penerus Bangsa





Mulai berhembus kabar-kabar yang membuat perasaan ini serasa ingin cepat-cepat berpindah pada hari berikutnya dan menuju pada tempat yang akan ramai di datangi oleh Batita, Balita, Ibu-ibu dan para Lansia. Sebelum mengenal lebih jauh apa itu “menjaga kesehatan sejak dini” terlebih dahulu kita perlu mengetahui cara menjaga kesehatan mulai dari anak-anak dini. 

Pada hari Sabtu, 12/08/17 telah terlaksana program posyandu bersama ibu –ibu pkk . kegiatan ini dimulai pada pukul 08.30 yang bertempat di Mesjid Al-Ikhlas RW 06. Dari sanalah kita mulai mengetahui dengan diadakannya program Posyandu ini ternyata telah berjalan aktif selama beberapa tahun. Kegiatan ini di adakan untuk mereka diantaranya, Batita yang berusia dibawah tiga tahun dimana pada saat ini perkembangannya mulai dapat terlihat seperti belajar merangkak hingga berjalan namun tetap pada pengawasan kedua orang tua, Balita yang berusia dibawah lima tahun yang mana pada saat ini sang buah hati telah bisa berjalan sehingga dibilang berada pada masa baik dalam perkembangan tumbuh kembang anak. Tak cukup sampai disana, posyandu pun tersedia pemeriksaan untuk para ibu-ibu dan para lansia atau bahkan bidan tersebut mengadakan penyuluhan perihal DBD, Rubella, Imunisasi dll. Sebelum mengenal lebih jauh program posyandu alangkah lebih baiknya kita dapat mengerti apa itu pengertian dan tujuan posyandu:

Pengertian posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.(Cessnasari.2005) Adapun posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1997:267). Posyandu pun memiliki tujuan sama halnya dengan program-program yang lainnya. Tujuan posyandu antara lain: menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas. Meningkatkan peran masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. Adapun berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan  gerakan ekonomi keluarga sejahtera.(Bagian kependudukan dan biostatistik FKM USU.2007). 

Dalam kegitan tersebut Batita dan balita yang hadir ke posyandu pun tidak hanya di periksa berat badan dan tinggi badan tapi mereka pun di berikan vitamin A. Hal ini  memperoleh respon dan antusias yang baik dari masyarakat,  terlihat dari pendataan tiap Rt yang ada di Rw 06 yang  terhitung sekitar 35 batita dan balita  juga 5 orang lansia yang tercatat.  Semoga dengan adanya  program tersebut dapat membantu masyarakat dalam hal kesehatan. Demi terwujudnya masyarakat sehat dan sejahtera.





Kontributor : Cucu Suryani / kelompok 35
Redaktur     : Anisa Nur Islami

Perjuangan Tanpa Batas: Menelusuri Sejarah Hidup Mama Haji Atho






Tegal Sumedang (17/08/17). Tujuh puluh tahun yang lalu, di tanah pengungsian Bandung Timur, hidup sebuah keluarga pengungsi dari cilacap, bernama Hamdan Sudja’i. Ia terusir dari tanah kelahirannya karena kerap kali melawan para penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap kaum pribumi. Ayahnya merupakan seorang prajurit  perang dari mataram yang  gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.  Rupanya darah perjuangan sang ayah  mengalir dalam diri Hamdan, sejak masih muda ia seringkali terlibat dalam pemberontakan mengusir para penjajah yang telah menguasai tanah kelahirannya, di salah satu dusun di cilacap. Karena dianggap membahayakan, pemerintahan belanda di cilacap sempat mengeluarkan harga buronan untuk pria yang sudah berkepala tiga ini. Maka demi keselamatan, ia bersama istri yang kala itu sedang hamil muda, memutuskan untuk meninggalkan cilacap dan mengungsi ke daerah pengungsian di bandung timur (sekarang panyawungan).
Di tanah pengungsian, Hamdan tersentuh hatinya melihat anak-anak pengungsi yang hidup dengan segala keterbatasan. Bukan hanya terbatas dalam makanan dan pakaian saja, mereka juga terbatas dalam mendapatkan akses pendidikan. Oleh karena itu, ia berinisiatif membangun sebuah sarana pendidikan yang berbasis pesantren guna memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut.
Hari berganti bulan, kandungan isterinya pun semakin membesar. Tepatnya pada tahun 1947 ketika ia sedang asyik membaca kitab al-Hikam, isterinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat ia impikan, bayi tersebut ia beri nama dengan nama penulis kitab yang sedang ia baca, yakni Athoillah, dengan harapan anaknya kelak akan tumbuh secerdas ulama dari mesir tersebut.
Semasa kecil, Athoillah mendapatkan pendidikan langsung dari sang ayah di pondok pesantren panyawungan, ia merupakan anak yang cerdas dan mempunyai daya hafal yang kuat, ketika menginjak remaja ia sudah hafal beberapa kitab alat, fiqih dan akhlak. 

Mahasiswa KKN melakukan kunjungan ke kediaman Mama Haji Atho

Pada tahun 1965, terjadilah penyerangan revolusi secara besar-besaran. Hampir setengah juta orang yang dianggap komunis terbunuh dalam peristiwa tersebut, mereka merangsek ke daerah pelosok untuk mencari orang-orang PKI, tak sedikit bangunan yang rusak dan roboh terkena imbasnya, termasuk pondok pesantren panyawungan menjadi rata dengan tanah.
Karena situasi yang mencekam, Hamdan Sudja’i mengungsi yang kedua kalinya ke daerah pesawahan yang sekarang bernama Tegal Sumedang, disana ia memulai kembali perjuangannya dengan membangun sebuah masjid sebagai pusat peribadahan masyarakat dan tempat mengaji anak-anak desa.
Athoillah yang sudah tumbuh dewasa di perintah ayahnnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya. Karena ketekunan dan kecerdasannya dalam belajar, ia mendapatlkan tawaran kuliah di STAI Cipasung dari Professor Ishak Sholih selaku ketua STAI yang kala itu juga merangkap jabatan sebagai Wakil Rektor di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tahun 1975, K.H. Hamdan Sudja’i meninggal dunia, dan Athoillah yang sedang mematangkan ilmunya di tasikmalaya ditarik pulang untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengajar anak-anak desa. Pada tahun yang sama ia mewakafkan tanah untuk pembangunan Sekolah Dasar Inpress yang memang sudah diwasiatkan oleh ayahnya. Sekarang SD tersebut masih berdiri kokoh didaerah ciluncat dengan jumlah siswa mencapai 200 orang.
Gedung SD menjadi saksi bisu perjuangan Mama Haji Atho
Athoillah melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang putri desa bernama Siti Maryam. Mereka dikarunia 6 orang anak ( 3 putra dan 3 putri ). Semua anak-anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana, kecuali yang bungsu sekarang masih terdaftar sebagai mahasiswi semester 5 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain mengabdikan dirinya dalam pendidikan, Mama Haji Atho _sapaan akrab Athoillah_ juga mengabdikan dirinya kepada pemerintah dengan menjabat sebagai Ketua MUI Desa Tegal Sumedang. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti mengisi pengajian bapak-bapak, mengisi pengajian ibu-ibu, memberikan penyuluhan kepada masyarakat,  dan membantu Pemerintah Desa dalam menjalankan programnya terutama yang menyangkut dengan  pendidikan.
Selama  40 tahun lebih, Mama Haji Atho berjuang dengan mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak bangsa, ia berusaha melanjutkan perjuangan sang ayah dalam mempertahankan kemerdekaan melalui pendidikan. setelah berpartisipasi dalam pembangunan SD, ia membangun Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren  sebagai basis dalam penanaman akidah dan akhlak generasi muda. Tahun 2013, Mama Haji Atho dengan dibantu anak-anaknya berhasil mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Islam yang diberi nama “Hidayatul Falah” di daerah ciluncat tengah yang tidak jauh dari tempat kediamannya, Yayasan yang baru mempunyai 2 lokal bangunan ini, menyediakan pendidikan mulai dari PAUD, SMP dan MA. Total siswa saat ini mencapai 100 orang, 40% diantaranya berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Ambon, Maluku dan Flores.
Jalaludin, anak laki-laki Mama Haji Atho, yang juga merupakan Ketua Yayasan, mengatakan bahwa kurikulum  pendidikan yang ia terapkan di Yayasan nya mengacu pada aturan yang dicanangkan oleh pemerintah, yakni “pendidikan berkarakter” dan “Fullday School”. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain, Ia mengakui tidak keberatan dengan adanya aturan tersebut, karena pendidikan yang disodorkan kepada siswanya adalah pendidikan semi pesantren yang sangat pas jika sekolah memberlakukan aturan “Fullday School”. Sebab, setiap siswa yang terdaftar di sekolah juga terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren.

Tiga dari kanan, Jalaludin, S.Pd., Kepala Yayasan Hidayatul Falah

Mama Haji Atho menyadari bahwa umurnya sekarang sudah tidak muda lagi,  tenaganya sudah tidak kuasa untuk memberikan pengajaran secara maksimal, oleh karena itu ,hampir seluruh tugas-tugas perjuangan dalam proses belajar mengajar sudah ia limpahkan kepada anak dan menantunya. Ia berharap anak dan cucunya kelak dapat terus melanjutkan perjuangan mulia ini, memperjuangkan pendidikan dengan Perjuangan tanpa batas !  #Sb#34#